Jumat, 25 Juni 2010

Buku terbaru Andrea Hirata, Dwilogi Padang Bulan

Setelah sukses dengan tetralogi Laskar Pelangi. Andrea Hirata pernah mengatakan dirinya akan beristirahat sebentar dari dunia tulis-menulis, untuk waktu yang tidak ditentukan. Dan ternyata pengakuan tersebut, tidak berlaku untuk waktu yang lama. Karena dia telah menyelesaikan sebuah buku, yang rencananya hari ini, 25 Juni 2010 akan rilis di Jakarta. 

Buku tersebut adalah sebuah Dwilogi, berjudul Padang Bulan. Dengan tetap bergayakan sastranya yang khas, Andrea menceritakan kisah Enong yak tak lain adalah Maryamah Karpov dan permainan catur. Ceritanya berkisar dari Enong yang belajar bermain catur dengan teman Andrea yang ada di luar negeri, juga ada kisah Ikal dan A ling. Bisa dikatakan buku ini merupakan kelanjutan dari buku ‘Maryamah Karpov’, namun bagi yang belum pernah membaca tetralogi Laskar Pelangi, kita tidak harus membacanya terlebih dahulu, sebelum membaca Padang Bulan. Ketika ditanya, apakah seluruh cerita ini nyata? Andrea menjawab, cerita ini Inspired by true story. Sebenarnya, Maryamah Karpov alias Enong ini adalah tetangganya sewaktu dia masih kecil. Ketika itu, Maryamah Karpov sering bercerita kepada ibunya Andrea. Kemudian dari Ibunya sendirilah, Andrea tahu tentang Maryamah Karpov.
Untuk menulis buku tersebut, Andrea Hirata melakukan riset selama 3 tahun. Riset itu dia lakukan sekitar tiga tahun lalu, sebelum pembuatan flim Laskar Pelangi. Dia melalukan pendalaman psikologi, social budaya, dan ilmu catur. Menulis kasar butuh 3 minggu. Namun perenungan, penulisan dan prove reading (naskah awal dibaca oleh beberapa orang dan dimintai masukannya sebelum masuk ke penerbit) butuh 1 tahun. Namun Andrea butuh perenungan, agar dwilogi ini tidak terjebak menjadi cerita tentang catur.
“bukan lagi tentang filosofi pendidikan, tentang seorang perempuan yang berusaha melepaskan diri dari keadaan” katanya.
Berikut cuplikan Dwilogi Padang Bulan, yang ditulis ulang dari tabloid NYATA, edisi Juni 2010.
PELANGKAH
Jika ada orang yang paling disayangi oleh Ania, Lana dan Ulma di dunia ini, mereka adalah ibu dan kakak sulung mereka. Pernah seorang guru bercerita padaku, katanya ia bertanya pada Ania, siapakah pahlawan yang paling ia kagumi, Ania kecil menjawab tanpa ragu bahwa pahlawannya adalah Syalimah Ibunya dan Enong kakak sulungnya.
“Ibu dan Kak Enong, lebih hebat dari pahlawan manapun.”
Saat Lana menginjak kelas empat SD, seperti Ania dulu, guru itu bertanya hal serupa. Jawaban Lana mirip jawaban Ania. Si sulung, Ulma, lebih kagum lagi pada Ibu dan kakaknya.
Karena sepanjang hidup ketiga gadis kecil adik-beradik itu telah menyaksikan bagaimana ibu dan Enong berjuang untuk mereka. Enong berkerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun.
Enong berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang ayah. Ia membelikan mereka baju lebaran, mengurus mereka jika sakit, dan menangis setiap kali mengambil rapor adik-adiknya. Karena ia harus mendatangani rapor itu yang seharusnya ditandatangani ayahnya. Ia tersedu-sedan, karena rindu pada ayahnya.
Ania dengan cepat tumbuh remaja. Ia perlahan-lahan mengerti pengorbanan Enong dan merasa kasihan. Ia minta berhenti sekolah karena ingin membantu. Enong melarangnya. Suatu ketika, Enong mengajak Ania ke sebuah toko di Tanjung Pandan. Ia membelikan adik pangkuannya itu baju yang bagus
“Lebaran masih lama,mengapa kakak membelikanku baju?”
Enong tersenyum
“Karena aku ingin kau tetap merasa dirimu cantik” Enong berlalu. Ania menangis di dalam toko itu sampai tersedak-sedak.
Setelah tamat SMA, Ania berkenalan dengan seorang guru. Kian hari, hubungan itu kian dekat. Ania tak mau mengenalkan pemuda itu pada ibu dan kakanya, terutama karena ingin menjaga perasaan kakaknya. Tahu-tahu guru SD itu menerima surat keputusan penempatan di pulau terpencil. Ia ingin menikahi Ania. Ania menolak. Ia tak mau melangkahi Enong. Enong berbicara dengan orangtua guru itu.
Pada malam pernikahan Ania, aku terpana pada ketulusan yang ditunjukkan seorang kakak. Dengan bersimbah air mata Ania menyerahkan sehelai baju muslimah pada Enong sebagai pelangkah. Ia memohon maaf sampai tersuruk-suruk ke dalam pelukan kakaknya itu.
“janganlah cemaskan Kakak, ni. Kakak akan baik-baik saja”
Bersusah payah Enong membujuk Ania. Tubuhnya yang kekar seperti lelaki karena bertahun-tahun mendulang timah, merengkuh tubuh adiknya. Tangannya yang kasar membelai-belai rambutnya, sungguh sebuah pemandangan memilukan yang akan melekat lama dalam kenanganku. Betapa besar hati perempuan itu.
Usai pernikahan itu, setelah sanak saudara pulang. Syalimah bercerita kepada anak-anaknya tentang sebuah benda yang sejak berbelas tahun silam teronggok di sudut ruang tengah rumah mereka.
Anak-anaknya tahu bahwa benda yang ditutupi terpal itu adalah sepeda namun mereka selalu sungkan membicarakannya. Syalimah meminta Enong membuka terpal dan tampaklah sepeda Sim King made in RRC yang masih berkilap. Syahlimah berkisah tentang Zamzami, ayah mereka.
“Dia adalah lelaki yang baik dengan cinta yang baik. Jika kami duduk di beranda, ayahmu mengambil antip dan memotong kuku-kukuku. Cinta seperti itu akan dibawa perempuan sampai mati.”
Syalimah seperti tak sanggup melanjutkan ceritanya.
“jika kuseduhkan kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu tersenyum padaku.”
Meski tak terkatakan, anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang yang balas membalas, dan kopi itu, adalah cinta di dalam gelas . . .




Sang Penguasa Pasar
Di mataku, ia tampak seperti pemberontak Germania yang takluk diperangi tentara Praetorian dalam film-film klasik Romawi. Ia terluka. Sabetan machete melintang dibawah ketiaknya. Luka yang dalam dan panjang, membuatnya tak dapat menegakkan tubuh dengan sempurna.
Jika ia mengangkat wajah, menyorot dua bola mata yang keruh. Alisnya serupa bulan sabit. Tatapannya ingin menelan. Kedua mata itu berbicara lebih lancang dari mulutnya, namun menyimpan rahasia yang dalam, seperti ada cinta yang juga terluka, hidup yang tersia-sia, dan dendam yang membara.
Rambutnya gondrong, tebal digulung angin laut beraroma garam, tak dapat lagi disisir karena telah kaku. Badannya yang besar dan tegap seakan menguasai seluruh warung. Penampilannya semakin ganjil, karena bahunya timpang.
Konon karena ketika kecil ia membanting tulang seperti budak belian di bawah perintah pamannya yang kejam. Dari pamannya itulah ia mendapat semua keburukan dalam hidupnya, yang kemudian membawanya menjadi orang yang paling ditakuti di pasar pagi-termasuk kawasan seputar kantor pegadaian sampai ke jalan Sersan Munir. Adapun wilayah depan Pukesmas sampai kantor pos, berada di bawah kuasa Daud si muka codet.
Tato penjara, centang-perentang di kedua lengannya. Tato ditangan kanan, seperti almanak. Menampakkan hari-hari agung yang ia lalui di balik kurungan. Yang terbaru, masih bulan lalu. Angka 7 terukir di situ. Pasti ia telah mendekam 7 hari, berikut nomor pasal yang ia telikung: 170. Itu tak lain pasal soal ketentraman umum.
Setiap orang yang berpapasan, menjauh. Yang tak sempat menjauh, menunduk hormat. Yang melihatnya dari jauh, berbalik badan. Yang jauh sekali, tidak tahu. Ia duduk sendiri. Tak ditemani siapapun kecuali seekor burung merpati yang tak henti dielus-elusnya. Jaraknya dariku terpisah tiga meja kopi.
Seorang begundal lain masuk ke warung, mengambil posisi dekat meja kasir. Ia jangkung dan kurus. Matanya jahat. Ia disusul seorang lain yang berbadan tegap. Berbahu landai dan bertangan panjang macam gorilla. Kedua orang itu, dan sang penguasa pasar, dengan cermat menempatkan diri pada posisi untuk mengepungku.
Pengunjung warung menyingkir. Takut terlibat atau menjadi saksi dari sebauh huru-hara. Aku mulai merasa, mengapa begitu bodohnya aku sampai berurusan dengan kaum bramacorah ini?
Dari ketiganya aku hanya kenal orang yang terakhir masuk ke warung. Benu, namanya. Dia mantan kuli pelabuhan yang menjadi petinju kelas bantam. Di gelanggang kota madya, aku pernah melihat keganasannya. Karena kepalanya terlalu sering kena tumbuk, Benu menjadi tuli, gagap, dan sedikit gila. Tapi pukulannya sendiri, jangan sembarang, beras 200 kilogram digantung, bergoyang seperti penyanyi dangdut jika dihantamnya.
Orang-orang memerhatikanku. Siapapun membayangkan, pasti sebentar lagi terjadi keributan. Hiruk pikuk pasar pagi terjebak dalam satu sekat waktu yang berdetak melambat. Aku menaksir situasi, kea rah mana akan kabur menyelamatkan diri.
Sang penguasa pasar menatapku. Terus terang, aku takut. Tiba-tiba ia menghempaskan gelas kopinya lalu bangkit, dan aku terkejut tak kepalang, seketika hancurlah seluruh kesan seram tentang dirinya. Sebab tubuhnya hanya sedikit lebih tinggi dari meja kopi. Pasti hanya sekitar 90 sentimeter saja. Ketika duduk ia tampak sangat besar. Sekarang aku paham, mengapa orang-orang menjulukinya Preman Cebol!
Ia berjalan terseok-seok menghampiriku. Senyumnya lebar, ramah dan senang sekali. Matanya yang tadi seram, menjadi sangat jenaka jika tersenyum. Ia telah menguasai seni menakuti orang. Dikeluarkannya sebuah amplop dari saku celana rombeng gaya koboinya.
“Boi, tolong sampaikan ini pada Detektif M.Nur”
Lalu ia berbisik
“bilang padanya, Ratna Mutu Manikam, manis, pintar, dan baik-baik saja. Bilang juga, operasi belalang sembah telah berlangsung. Digram catur matarom ada di tanganku!”
Adapun di situ, nun di situ. Ratna Mutu Manikam, burung merpati yang bermata genit itu, mengerung-gerung riang karena dipuja-puji tuannya. . .

Rabu, 23 Juni 2010

SESAT part 1

Masa SMA adalah salah satu kurun waktu yang tak terlupakan dalam hidup seseorang. Mungkin dapat dipersempit, jadi masa yang tak terlupakan bagi seseorang yang pernah menduduki bangku SMA. (kan ada yang nggak bisa meneruskan study-nya ke jenjang SMA ) Pendapat atau yang lebih tepatnya ansumsi masyarakat ini, mugkin baru bisa kita rasain kalo sudah lulus nanti, atau mungkin pada saat kita menduduki kelas 12. Well, karena banyak yang berpendapat seperti itu, sepertinya ansumsi itu benar adanya. Dan mengingat SMA hanya terdiri dari 3 tahun, sepertinya kita tidak bisa menjalaninya begitu saja. Tidak, tanpa kenangan-kenangan yang terus kita ingat, dan bisa membuat kita tersenyum saat mengenangnya, di hari esok.

Ruang kelas sepuluh satu, sebuah ruang tempat kita menghabiskan 1 tahun masa SMA kita, terletak di deretan pojok belakang yang kita namakan SESAT, SEpuluh SATu. (Nama ‘SESAT’ ini kita pernah dicekal lho! sama guru Fisika tersohor di Smansasoo : Pak Eko, yang berimbas nama SESAT terngiang-ngiang di ruang guru untuk sesaat). Berisi 32 orang manusia yang selalu kompak, heboh serta memalukan (namanya juga sesat). Sebagai pengenalan dan pengingatan, inilah para penghuni SESAT (urut absen,nama pnjang) :
1. Adis Fatmawati {Adiezt/gembel, cewek yang selalu mengaku-ngaku paling cantik, anak SOS} 2. Adriel Eliezer {Ayel,jago main gitar, anak UK3} 3. Aulia Rahman {Aan, orang ter-GJ (baca:Nggak Jelas), mahir computer, anak SCS} 4. Ayu Sari {Sari/Suri, hobi utama mbaca komik, hobi sampingan tidur waktu pelajaran, mahir nggambar, anak karate} 5. Bagus Maras {Maraz/Ronjot/Marno, paling nauzubillah dalam kebersihan, anak kesayangan B.Suwarsih n B.Lerem} 6. Deby Martina U. {Deby/Debrot, ketua kelassuku, anak SOS} 7. Della Rizky P.U. {Della/Tembem, salah satu konter pulsanya SESAT,juragan rujak, anak UKKI} 8. Diagnosa F. {Sasa, punya adik namanya Sisi, dikhawatirkan temen-temen kalo punya adik lagi, dinamain Susu, anak PIR/KIR} 9. Ellen Estiza P. {Ellen/Elena, anak Paskib} 10. Enik Fitrohtul N. {Enik, kader UKS, agen krupuk kalo rujak-an,anak PMR} 11. Fani Eka {Fani/Funy, anak karate n mading} 12. Hari Purnomo A. {Hari, mahir computer, anak UKKI} 13. Hero Nofrizel {Hero, selalu terlihat ngempet (baca: nahan) anak karate} 14. Husnul Khotimah {Kusnul/mbak Cot/Inul, kalo bicara suaranya suka naik beberapa oktaf, anak PIR/KIR} 15. Isky Fihatmi {Izky/Yuk Isz, adik kecil, anak UKKI} 16. Lisa Dewi P. {Lisa, pendiam yang belakangan diketahui termasuk endel, mahir computer, anak SCS} 17. M. Rizky Julfikar {Cak Dzul, sok alim, Bendahara 2 OSIS, anak Paskib n sepak bola} 18. Mega Kusuma R.{Mega/Sumeg/Panser, anak Paskib} 19. Merry Tri K.{Merry/Budi, anak SOS} 20. M.Arif Wicaksono {Arif kalo siang, Fira kalo malam,  bersama Maras dan Icank, mereka berformasi menjadi 3idiot, anak kesayangan Bu NH, anak UKKI} 21. Rindi Fitria D. {aku, anak mading} 22. Riza Margarani {Riza, master dalam hal ngenyang-ngenyangan (baca: tawar-menawar),anak SOS} 23. Rizky Lutfir {Luthfir/Kiki, anak Karate} 24. Selfina Anggraini {Oma/Tuek, maskot endelnya sesat, tukang malak-an (baca:narik kas), anak PIR/KIR} 25. Sisco Malindo {Sisco/Nco, anak SOS} 26. Syahrul Rizal {Ichank, kembar siamnya Maras, dedengkot+ maskotnya SESAT, anak kesayangan B.Lerem} 27. Syntia D. Arisandi {Syntia, hoby banget teleponan, mobilitasnya tinggi, pecinta helm, anak UKKK} 28. Tegar Aji P. {Tegar, wakil ketua OSIS periode 09-10, sangat pintar, tapi sangat pelupa, dan sangat suka 'menghilangkan' barang orang lain, anak PIR/KIR} 29. Tri Wega A. {Wega/ireng, korban bulan-bulanan Deby n Adizt, anak sepak bola} 30. Yasinta A. {Yasintul, anggota MPK, anak Paskib, punya adik yang tersohor di kalangan SESAT, called Dinda} 31. Yogie P. NingTyas {Painem, anak Paskip} 32. Zaimatul Uma {Zaza, anak UKKI}

32 manusia yang punya beragam keahlian dan segudang bakat, kayak merekalah yang 1 tahun nemenin aku di kelas, yang bercanda, ketawa bareng, bersesat-sesat ria, gila-gilaan nggak peduli P.Fathur walikelas kita yang sejatinya guru Agama. Never forget you all guys, biarpun kelas XI nanti kita pisah, SESAT nggak bakal bubar, kayak sms-nya Riza barusan:
Gue nggak memaksa untuk jadi orang terpenting dalam hidupmu
Gue nggak menuntut selalu ada namaku dalam do’amu
Gue cuma berharap . .
Suatu hari nanti kalau kamu denger namaku, kamu akan tersenyum dan bilang
“dia adalah temanku”.

Bersambung . . .